Dalam alam
birokrasi dan struktur kekuasaan antara reformasi birokrasi dengan prinsip profesionalitas yang mengandung nilai objektifitas, pembagian tugas dan hirarki yang jelas akan selalu berhadapan budaya “cari muka” yang merupakan salah satu penyakit(patologi) birokrasi yang akan merusak sistem birokrasi itu sendiri.
Celakanya, ada sebuah ungkapan dan mungkin telah menjadi fakta bahwa, “dimana
ada yang berkuasa, disana ada penjilat atau pencari muka”.
Penjilat di sekitar
pemegang kekuasaan, mengotori sistem.Seorang penjilat sangat ambisius dan
oportunis. Selagi ada kesempatan, segala macam cara akan ditempuh, tak peduli benar atau salah, halal atau haram. Kolega bukanlah teman seperjuangan, tetapi saingan. Sehingga, seorang penjilat dapat setiap saat mengeluarkan jurus sikut kiri sikut kanan,
tendang depan tendang belakang, menenggelamkan rekan kerja, serta menonjolkan
diri yang paling baik, paling berpotensi, paling qualified, dan
paling bisa diandalkan, untuk meraih simpati dan perhatian atasan.
Ada lagi
perumpamaan lain yaitu “bunglon”. Kebaikannya seringkali cuma
kepura-puraan yang berubah-ubah. Dia akan dekat pada
orang, teman, atau siapapun pimpinan yang bisa memberi keuntungan kepadanya.
Virus penjilat atau
pencari muka bukan tidak bisa diatasi atau paling tidak bisa diminimalkan.
Kuncinya terletak pada sang pemimpin. Seorang penjilat akan mati kutu bila
pimpinannya berkualitas, profesional dan idealis. Lidah seorang penjilat akan
tumpul tak bertuah di hadapan pemimpin yang adil dan bijaksana. Seorang
penjilat akan rontok harga dirinya di mata pemimpin yang lebih profesional sesuai dengan etika birokras dan objektifitas.
Dalam sebuah
organisasi yang sehat, maka para pencari muka atau penjilat di sekitar
kekuasaan, harus bersiap-siap tersingkir. Mereka tidak dibutuhkan, jika tidak
bisa merubah prilaku, mental, kualitas dan profesionalitasnya, serta bersaing
secara sportif dalam pengembangan karier atau jabatan, dengan
sesama rekan kerjanya.
Jadi, semoga saja
pemimpin kita dapat mengemban amanahnya dengan baik, adil dan
bijaksana, serta selalu objektif dan dapat peka dan mampu
memilih dan memilah, serta
berhati-hati dengan para pencari muka/penjilat di sekitar kekuasaan, yang bisa
saja suatu saat dapat menjerumuskan sang pemimpin. ***