Welcome to Pear'L Corner' Selamat datang di Pear'L Corner 'Selamat datang di Pear'L Corner 'Welcome to Pear'L Corner ' Welcome to Pear'L Corner'selamat datang Pear'L Corner 'Welcome to Pear'L Corner'selamat datang Pear'L Corner' Sudut Hati : March 2016

Translate

Monday, March 21, 2016

Reformasi birokrasi VS Patologi birokrasi


Dalam alam birokrasi dan struktur kekuasaan antara reformasi birokrasi dengan prinsip profesionalitas yang mengandung nilai objektifitas, pembagian tugas dan hirarki yang jelas akan selalu berhadapan budaya “cari muka” yang merupakan salah satu penyakit(patologi) birokrasi yang akan merusak sistem birokrasi itu sendiri. Celakanya, ada sebuah ungkapan dan mungkin telah menjadi fakta bahwa, “dimana ada yang berkuasa, disana ada penjilat atau pencari muka”.
Penjilat di sekitar pemegang kekuasaan, mengotori sistem.Seorang penjilat sangat ambisius dan oportunis. Selagi ada kesempatan, segala macam cara akan ditempuh, tak peduli benar atau salah, halal atau haram. Kolega bukanlah teman seperjuangan, tetapi saingan. Sehingga, seorang penjilat dapat setiap saat mengeluarkan jurus sikut kiri sikut kanan, tendang depan tendang belakang, menenggelamkan rekan kerja, serta menonjolkan diri yang paling baik, paling berpotensi, paling qualified, dan paling bisa diandalkan, untuk meraih simpati dan perhatian atasan.
Ada lagi perumpamaan lain yaitu “bunglon”. Kebaikannya seringkali cuma kepura-puraan yang berubah-ubah. Dia akan dekat pada orang, teman, atau siapapun pimpinan yang bisa memberi keuntungan kepadanya.
Virus penjilat atau pencari muka bukan tidak bisa diatasi atau paling tidak bisa diminimalkan. Kuncinya terletak pada sang pemimpin. Seorang penjilat akan mati kutu bila pimpinannya berkualitas, profesional dan idealis. Lidah seorang penjilat akan tumpul tak bertuah di hadapan pemimpin yang adil dan bijaksana. Seorang penjilat akan rontok harga dirinya di mata pemimpin yang lebih profesional sesuai dengan etika birokras dan objektifitas.
Dalam sebuah organisasi yang sehat, maka para pencari muka atau penjilat di sekitar kekuasaan, harus bersiap-siap tersingkir. Mereka tidak dibutuhkan, jika tidak bisa merubah prilaku, mental, kualitas dan profesionalitasnya, serta bersaing secara sportif dalam pengembangan karier atau jabatan, dengan sesama rekan kerjanya.
Jadi, semoga saja pemimpin kita dapat mengemban amanahnya dengan baik, adil dan bijaksana, serta selalu objektif dan dapat peka dan mampu memilih dan memilah, serta berhati-hati dengan para pencari muka/penjilat di sekitar kekuasaan, yang bisa saja suatu saat dapat menjerumuskan sang pemimpin. ***