Welcome to Pear'L Corner' Selamat datang di Pear'L Corner 'Selamat datang di Pear'L Corner 'Welcome to Pear'L Corner ' Welcome to Pear'L Corner'selamat datang Pear'L Corner 'Welcome to Pear'L Corner'selamat datang Pear'L Corner' Sudut Hati : October 2012

Translate

Wednesday, October 24, 2012

Keteladanan kepatuhan Nabi Ibrahim


Nabi Ibrahim yang telah menunggu kehadiran buah hati selama bertahun-tahun ternyata diuji Tuhan untuk menyembelih putranya sendiri. Nabi Ibrahim dituntut untuk memilih antara melaksanakan perintah Tuhan atau mempertahankan buah hati dengan konsekuensi tidak mengindahkan perintahNya. Sebuah pilihan yang cukup dilematis. Namun karena didasari ketakwaan yang kuat, perintah Tuhanpun dilaksanakan. Dan pada akhirnya, Nabi Ismail tidak jadi disembelih dengan digantikan seekor domba. Legenda mengharukan ini diabadikan dalam al Quran surat al Shaffat ayat 102-109.
Kisah tersebut merupakan potret puncak kepatuhan seorang hamba kepada Tuhannya. Nabi Ibrahim mencintai Allah melebihi segalanya, termasuk darah dagingnya sendiri. Kecintaan Nabi Ibrahim terhadap putra kesayangannya tidak menghalangi ketaatan kepada Tuhan. Model ketakwaan Nabi Ibrahim ini patut untuk kita teladani.

Saturday, October 13, 2012

Makna sebuah pilihan

Kisah nyata (menurut sumber kutipan) 
sore itu sembari menunggu kedatangan teman yang akan menjemputku di masjid ini seusai ashar. Kulihat seseorang yang berpakaian rapi, berjilbab dan tertutup sedang duduk disamping masjid. Kelihatannya ia sedang menunggu seseorang juga. Aku mencoba menegurnya dan duduk disampingnya, mengucapkan salam, sembari berkenalan.
Dan akhirnya pembicaraan sampai pula pada pertanyaan itu. “Anti sudah menikah?”.

“Belum ”, jawabku datar.

Kemudian wanita berjubah panjang (Akhwat) itu bertanya lagi “kenapa?”

Pertanyaan yang hanya bisa ku jawab dengan senyuman. Ingin kujawab karena masih hendak melanjutkan pendidikan, tapi rasanya itu bukan alasan.

“Mbak menunggu siapa?” aku mencoba bertanya.

“Menunggu suami” jawabnya pendek.

Aku melihat kesamping kirinya, sebuah tas laptop dan sebuah tas besar lagi yang tak bisa kutebak apa isinya. Dalam hati bertanya-tanya, dari mana mbak ini? Sepertinya wanita karir. Akhirnya kuberanikan juga untuk bertanya “Mbak kerja di mana?”

Entah keyakinan apa yang membuatku demikian yakin jika mbak ini memang seorang wanita pekerja, padahal setahu ku, akhwat-akhwat seperti ini kebanyakan hanya mengabdi sebagai ibu rumah tangga.

“Alhamdulillah 2 jam yang lalu saya resmi tidak bekerja lagi” jawabnya dengan wajah yang aneh menurutku, wajah yang bersinar dengan ketulusan hati.

“Kenapa?” tanyaku lagi.

Dia hanya tersenyum dan menjawab “karena inilah PINTU AWAL kita wanita karir yang bisa membuat kita lebih hormat pada suami” jawabnya tegas.

Aku berfikir sejenak, apa hubungannya? Heran. Lagi-lagi dia hanya tersenyum.

Saudariku, boleh saya cerita sedikit? Dan saya berharap ini bisa menjadi pelajaran berharga buat kita para wanita yang Insya Allah hanya ingin didatangi oleh laki-laki yang baik-baik dan sholeh saja.

“Saya bekerja di kantor, mungkin tak perlu saya sebutkan nama kantornya. Gaji saya 7 juta/bulan. Suami saya bekerja sebagai penjual roti bakar di pagi hari dan es cendol di siang hari. Kami menikah baru 3 bulan, dan kemarinlah untuk pertama kalinya saya menangis karena merasa durhaka padanya. Kamu tahu kenapa ?

Waktu itu jam 7 malam, suami saya menjemput saya dari kantor, hari ini lembur, biasanya sore jam 3 sudah pulang. Setibanya dirumah, mungkin hanya istirahat yang terlintas dibenak kami wanita karir. Ya, Saya akui saya sungguh capek sekali ukhty. Dan kebetulan saat itu suami juga bilang jika dia masuk angin dan kepalanya pusing. Celakanya rasa pusing itu juga menyerang saya. Berbeda dengan saya, suami saya hanya minta diambilkan air putih untuk minum, tapi saya malah berkata, “abi, umi pusing nih, ambil sendiri lah !!”.

Pusing membuat saya tertidur hingga lupa sholat isya. Jam 23.30 saya terbangun dan cepat-cepat sholat, Alhamdulillah pusing pun telah hilang. Beranjak dari sajadah, saya melihat suami saya tidur dengan pulasnya.

Menuju ke dapur, saya liat semua piring sudah bersih tercuci. Siapa lagi yang bukan mencucinya kalo bukan suami saya (kami memang berkomitmen untuk tidak memiliki khodimah)? Terlihat lagi semua baju kotor telah di cuci. Astagfirullah, kenapa abi mengerjakan semua ini? Bukankah abi juga pusing tadi malam? Saya segera masuk lagi ke kamar, berharap abi sadar dan mau menjelaskannya, tapi rasanya abi terlalu lelah, hingga tak sadar juga.

Rasa iba mulai memenuhi jiwa saya, saya pegang wajah suami saya itu, ya Allah panas sekali pipinya, keningnya, Masya Allah, abi demam, tinggi sekali panasnya. Saya teringat perkataan terakhir saya pada suami tadi. Hanya disuruh mengambilkan air putih saja saya membantahnya. Air mata ini menetes, air mata karena telah melupakan hak-hak suami saya.”

Subhanallah, aku melihat mbak ini cerita dengan semangatnya, membuat hati ini merinding. Dan kulihat juga ada tetesan air mata yang di usapnya.

“Kamu tahu berapa gaji suami saya? Sangat berbeda jauh dengan gaji saya. Sekitar 600-700 rb/bulan. Sepersepuluh dari gaji saya sebulan. Malam itu saya benar-benar merasa sangat durhaka pada suami saya.

Dengan gaji yang saya miliki, saya merasa tak perlu meminta nafkah pada suami, meskipun suami selalu memberikan hasil jualannya itu pada saya dengan ikhlas dari lubuk hatinya. Setiap kali memberikan hasil jualannya, ia selalu berkata “Umi, ini ada titipan rezeki dari Allah. Di ambil ya. Buat keperluan kita. Dan tidak banyak jumlahnya, mudah-mudahan Umi ridho”, begitulah katanya. Saat itu saya baru merasakan dalamnya kata-kata itu. Betapa harta ini membuat saya sombong dan durhaka pada nafkah yang diberikan suami saya, dan saya yakin hampir tidak ada wanita karir yang selamat dari fitnah ini”

“Alhamdulillah saya sekarang memutuskan untuk berhenti bekerja, mudah-mudahan dengan jalan ini, saya lebih bisa menghargai nafkah yang diberikan suami. Wanita itu sering begitu susah jika tanpa harta, dan karena harta juga wanita sering lupa kodratnya" Lanjutnya lagi, tak memberikan kesempatan bagiku untuk berbicara.

“Beberapa hari yang lalu, saya berkunjung ke rumah orang tua, dan menceritakan niat saya ini. Saya sedih, karena orang tua, dan saudara-saudara saya justru tidak ada yang mendukung niat saya untuk berhenti berkerja. Sesuai dugaan saya, mereka malah membanding-bandingkan pekerjaan suami saya dengan yang lain.”

Aku masih terdiam, bisu mendengar keluh kesahnya. Subhanallah, apa aku bisa seperti dia? Menerima sosok pangeran apa adanya, bahkan rela meninggalkan pekerjaan.

“Kak, bukankah kita harus memikirkan masa depan ? Kita kerja juga kan untuk anak-anak kita kak. Biaya hidup sekarang ini mahal. Begitu banyak orang yang butuh pekerjaan. Nah kakak malah pengen berhenti kerja. Suami kakak pun penghasilannya kurang. Mending kalo suami kakak pengusaha kaya, bolehlah kita santai-santai aja di rumah.

Salah kakak juga sih, kalo mau jadi ibu rumah tangga, seharusnya nikah sama yang kaya. Sama dokter muda itu yang berniat melamar kakak duluan sebelum sama yang ini. Tapi kakak lebih milih nikah sama orang yang belum jelas pekerjaannya. Dari 4 orang anak bapak, Cuma suami kakak yang tidak punya penghasilan tetap dan yang paling buat kami kesal, sepertinya suami kakak itu lebih suka hidup seperti ini, ditawarin kerja di bank oleh saudara sendiri yang ingin membantupun tak mau, sampai heran aku, apa maunya suami kakak itu”. Ceritanya kembali mengalir, menceritakan ucapan adik perempuannya saat dimintai pendapat.

“anti tau, saya hanya bisa menangis saat itu. Saya menangis bukan karena apa yang dikatakan adik saya itu benar, Demi Allah bukan karena itu. Tapi saya menangis karena imam saya sudah DIPANDANG RENDAH olehnya.

Bagaimana mungkin dia meremehkan setiap tetes keringat suami saya, padahal dengan tetesan keringat itu, Allah memandangnya mulia ?

Bagaimana mungkin dia menghina orang yang senantiasa membangunkan saya untuk sujud dimalam hari ?

Bagaimana mungkin dia menghina orang yang dengan kata-kata lembutnya selalu menenangkan hati saya ?

Bagaimana mungkin dia menghina orang yang berani datang pada orang tua saya untuk melamar saya, padahal saat itu orang tersebut belum mempunyai pekerjaan ?

Bagaimana mungkin seseorang yang begitu saya muliakan, ternyata begitu rendah di hadapannya hanya karena sebuah pekerjaaan ?

Saya memutuskan berhenti bekerja, karena tak ingin melihat orang membanding-bandingkan gaji saya dengan gaji suami saya.

Saya memutuskan berhenti bekerja juga untuk menghargai nafkah yang diberikan suami saya.

Saya juga memutuskan berhenti bekerja untuk memenuhi hak-hak suami saya.

Saya berharap dengan begitu saya tak lagi membantah perintah suami saya. Mudah-mudahan saya juga ridho atas besarnya nafkah itu. Saya bangga dengan pekerjaan suami saya ukhty, sangat bangga, bahkan begitu menghormati pekerjaannya, karena tak semua orang punya keberanian dengan pekerjaan seperti itu.

Disaat kebanyakan orang lebih memilih jadi pengangguran dari pada melakukan pekerjaan yang seperti itu. Tetapi suami saya, tak ada rasa malu baginya untuk menafkahi istri dengan nafkah yang halal. Itulah yang membuat saya begitu bangga pada suami saya.

Suatu saat jika anti mendapatkan suami seperti suami saya, anti tak perlu malu untuk menceritakannya pekerjaan suami anti pada orang lain. Bukan masalah pekerjaannya ukhty, tapi masalah halalnya, berkahnya, dan kita memohon pada Allah, semoga Allah menjauhkan suami kita dari rizki yang haram”. Ucapnya terakhir, sambil tersenyum manis padaku. Mengambil tas laptopnya, bergegas ingin meninggalkanku.

Kulihat dari kejauhan seorang laki-laki dengan menggunakan sepeda motor butut mendekat ke arah kami, wajahnya ditutupi kaca helm, meskipun tak ada niatku menatap mukanya. Sambil mengucapkan salam, wanita itu meninggalkanku. Wajah itu tenang sekali, wajah seorang istri yang begitu ridho.

Ya Allah….

Sekarang giliran aku yang menangis. Hari ini aku dapat pelajaran paling berkesan dalam hidupku. Pelajaran yang membuatku menghapus sosok pangeran kaya yang ada dalam benakku..Subhanallah..Walhamdulillah..Wa Laa ilaaha illallah...Allahu Akbar

Semoga pekerjaan, harta dan kekayaan tak pernah menghalangimu untuk tidak menerima pinangan dari laki-laki yang baik agamanya..

Pesan Rasulullah ketika Uqbah bin Amir bertanya kepada beliau,

Pesan Rasulullah ketika Uqbah bin Amir bertanya kepada beliau,

”Wahai Rasulullah, apakah jalan keselamatan itu?” Rasulullah bersabda, ”Tahanlah (jagalah) lisanmu, bahagiakan keluargamu, dan menangislah atas kesalahan-kesalahanmu.” (HR Bukhari dan Muslim).

Mutiara di dasar hati

*♥* Jangan pernah remehkan dirimu, ALLAH memberikanmu hidup bukan karena kau membutuhkannya, tapi karena seseorang membutuhkanmu. Jangan hiraukan mereka yang menjelekanmu. siapa dirimu, hanya kamu yang tahu, hanya kamu yang menentukan bukan mereka. Menjadi yang "terbaik" dijalan-NYA lebih penting dari pada menjadi yang "pertama".

*♥* Hargai orang lain,siapapun itu dan jangan pernah menaruh dendam pada siapapun serta isi harimu dengan kebaikan. Jika kamu tidak mampu menghargai dirimu sendiri, tidak ada orang yang mampu menghargaimu. Terima dirimu apa adanya,jadilah dirimu sendiri.

*♥* Cobalah simpan semua kebaikan dan kebahagiaan yang kita miliki dalam kekokohan hati agar tidak ada yang mampu menghapusnya. Tuliskankesedihan dipasir ketulusan agar angin keikhlasan dapat membawanya pergi.

*♥* Semakin kita mencari kesempurnaan semakin pula kita tidak akan mendapatkannya, karena sejatinya kesempurnaan yang hakiki tidak pernah ada, yang ada hanyalah keikhlasan hati kita untuk menerima kekurangan. Sadarilah bahwa apa yang kita dapatkan hari ini adalah yang terbaik menurut ALLAH dan jangan pernah ragu karena kesadaran itu akan menjadikan kita mensyukuri dan menikmati hidup ini.

*♥* Usia menjadi berharga ketika diisi dengan segala hal yang bermakna.Semoga ALLAH selalu melimpahkan cintaNYA dihati kita dan senantiasa memberi petunjuk disetiap hari_hari kita,

Aamiin ya Robbal Allamiin

Sumber Page FP : *al-Qur'an - Assunnah* Jalan Hidup-Qv

Jangan Katakan , Tapi Katakan

Jangan katakan : Wahai Allah, masalahku sangat besar
Tapi katakanlah : Wahai masalah, Allah itu Maha Besar

Jangan katakan : Pelajaran Matematika, Bisa tapi Sulit
Tapi katakanlah : Pelajaran Matematika, Sulit tapi bisa

Jangan katakan : Kamu memang anak nakal
Tapi katakanlah : Yang Papah Tahu kamu ini anak yang sholeh


Jangan katakan : Lho kok nilai ulangannya ancur gini sih?
Tapi katakanlah : Yang mamah tahu kamu ini biasanya nilai ulangannya bagus, ga pernah kurang dari 8.

Jangan katakan : Kamu kok menyebalkan
Tapi katakanlah : Biasanya kamu menyenangkan

Jangan katakan : Jangan dekati narkoba
Tapi katakanlah : narkoba itu berbahaya, mati menggenaskan plus tiket langsung ke neraka

Jangan katakan : Jangan lari, awas jatuh.
Tapi katakanlah : Ayo duduk di sini, Kakak ada sesuatu lho buat kamu

Jangan katakan : Pak Dani orangnya lincah, tapi kecil
Tapi katakanlah : Pak Dani orangnya kecil, tapi lincah

Jangan katakan : Aku benci nilai yang jelek
Tapi katakanlah : Aku suka nilai yang bagus

Jangan katakan : Bete, jutek, lebay, gajebo, pewe
Tapi katakanlah : Astaghfirullahal ‘azhiim....

Jangan katakan : Saya tidak akan menyerah
Tapi katakanlah : Saya terus berusaha

Jangan katakan : (ketika hendak tidur malam) jangan kesiangan..jangan kesiangan
Tapi katakanlah : Ya Allah, bangunkanlah aku jam 4 pagi dalam kondisi yang segar...

Jangan katakan : Baso Mang Jaja Enak, tapi mahal
Tapi katakanlah : Baso Mang Jaja memang mahal, tapi enak..

Jangan katakan : Bu Ani orangnya cantik, tapi gemuk
Tapi katakanlah : Bu Ani orangnya gemuk, tapi cantik

Jangan katakan : Jangan Buang sampah sembarangan
atau, BUANG-lah sampah pada tempatnya
Tapi Katakanlah : SIMPAN-lah sampah pada tempatnya
atau, SIMPAN-lah sampah dengan YAKIN pada tempatnya

Jangan katakan : hal-hal negatif...dan kalimat yang berujung negatif
Tapi katakanlah : hal-hal positif...dan kalimat yang berujung positif

Sahabat semua..

Insya Allah tahun ini menjadi lebih baik
kalau kita berkata-kata dengan baik...
99

Tak usah ragu menanamnya.

Bila kiamat telah tiba.
Di tanganmu masih tergenggam bibit kurma.
Tak usah ragu menanamnya.
Karena Allah tidak melihat hasilnya.
Tapi melihat usaha yang kita kerahkan.
Karena Allah menghargai daya upaya.
Asal sesuai dengan petunjuk-NYA.

Menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah bukan berarti berhenti berbuat dalam urusan sehari-hari. Seorang mukmin terlibat dalam setiap tingkat permasalahan dan memikul semua tanggung jawab. Bertawakal kepada Allah terletak pada kesadaran bahwa segala sesuatunya berada dalam kendali Allah sambil tetap berbuat dengan sebaik-baiknya.

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah .

"Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri".
(QS Ar ra’d :11).

Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.


"Dan bertawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah sebagai Pelindung."(Qs Al-Ahzab:3).



sumber: strawberry

Karena yang diridhai Allah akan jauh lebih indah

Jangan pernah menangisi kehilangan cinta yang belum halal.
Karena cinta yang diridhai Allah akan jauh lebih indah.
Jangan pernah merasa gelisah ataupun galau.
Karena dengan mengingat Allah hati kita akan menjadi tenteram.
Jangan pernah putus asa ketika permasalahan selalu datang menerpa.
Karena setelah kesulitan akan datang berbagai kemudahan.
Jangan selalu turuti hawa nafsu.
Karena Allah selalu bersama dengan orang-orang yang sabar.


sumber:strawberry

Thursday, October 11, 2012

Kisah Nabi Muhammad Saw. bersama Pengemis Yahudi

         Di sudut pasar Madinah al-Munawarah, seorang pengemis Yahudi buta hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata, "Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad. Dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir. Apabila kalian mendekatinya, kalian akan dipengaruhinya."
Namun, tanpa sepengetahuannya, setiap pagi Nabi Muhammad Saw. mendatanginya dengan membawa makanan. Dengan tanpa berkata sepatah kata pun, beliau menyuapi makanan yang dibawanya tersebut kepada pengemis itu, meskipun ia selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Beliau melakukannya hingga menjelang wafat.
         Setelah kewafatan Nabi Muhammad Saw., tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi yang buta itu. Suatu hari, Abu Bakar Ra. berkunjung ke rumah anaknya, Aisyah Ra. Beliau bertanya kepada anaknya, "Anakku, adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan?" Aisyah Ra. menjawab, "Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah.  Hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan, kecuali satu sunnah saja."Abu Bakar bertanya, "Apakah itu?"
"Setiap pagi Nabi Muhammad Saw. selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana," jawab Aisyah.
           Maka, keesokan harinya, Abu bakar pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Ia mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan tersebut kepadanya. Ketika ia mulai menyuapinya, si pengemis tersebut marah-marah sambil berteriak, "Siapakah kamu?"
Abu bakar menjawab, "Aku orang yang biasa mendatangimu.""Bukan! engkau bukan orang yang biasa mendatangiku," jawab si pengemis buta itu. Kemudian ia melanjutkan, "Apabila ia datang kepadaku, tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya. Setelah itu, ia berikan kepadaku dengan mulutnya sendiri."Abu Bakar tidak dapat menahan air matanya. Ia menangis sambil berkata, "Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya. Orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Nabi Muhammad Saw."
           Mendengar cerita Abu Bakar tersebut, pengemis tua pun menangis dan berkata, "Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghina dan memfitnahnya, tapi ia tidak pernah memarahiku sedikit pun. Bahkan, ia selalu mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi. Ia begitu mulia." Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abu Bakar. lqsab-iqsah reladan (214enakjubkan dalam Wittig° Nfbi cO4uham mad jaw.


Saturday, October 6, 2012

Allah selalu mengetahui apa yang ada dalam hati dan yang kita lakukan

Semoga smua selalu dalam keadaan sehat wal afiat tetap dalam naungan  Ridha  dan  Hidayah  Allah  SWT dengan  imanmu  yang kokoh, langkahmu yang tegap dan semangatmu yang mengelora.
Maafkan……….
jika  ada  kata  menoreh  hati,  ada  langkah  membekas luka, bila jarang  terucap  sanjungan  yang  keluar dari lisan untukmu, tapi Allah mengetahui apa yang kita lakukan, Mari memulai dengan niat yang tulus melakukan segalanya dengan sikap yang di ridhaiNya Sebait doa semoga keberkahan selalu mengiringi setiap langkah kita, memudahkan segala urusan kita,dan merekatkan tali ukhuwah kita mencari keridhaaNya.

Terbaik untuk yang terbaik

Di kehijauan kebun yang tanpa palka,banyak buah-buahan di antara suka cita dan kepedihan.
 Para pencinta berada di seberang dua keadaan ini, ia hijau dan segar tak mengenal musim semi maupun musim gugur.melihat hidup selalu indah sebab semua dariNya adalah yang terbaik

Hati yang kacau oleh keburukan niat dan sikap takkan mendapat kebahagiaan hidup.Air yg menggenangi minyak takkan bisa melahirkan cahaya.Hanya kebaikan yang akan membawa kebahagiaan hidup. Bagaimana pun kejujuran keikhlasan dan bersungguh-sungguh atas perintahnya adalah sikap terbaik untuk yang terbaik.

Tapi Suatu waktu untuk tujuan menolong kita Tuhan menjadikan kita sengsara. Namun kesusahan hati asalkan demi Dia. muaranya selalu kebahagiaan.Senyuman kan datang, sesudah airmata. Siapa pun yang melihat hidup dengan cara yang demikian. Adalah hamba Tuhan yang diberkati.sikap terbaik untuk yang terbaik,... untuk kelasmu yang lebih tinggi.

(sumber:kumpulan puisi RUMI)



Hanya sedikit

Ada seorang filsuf yang menaiki sebuah perahu kecil ke suatu tempat. Karena merasa bosan dalam perahu, kemudian dia pun mencari pelaut untuk berdiskusi.Filsuf menanyakan kepada pelaut itu: ” Apakah Anda mengerti filosofi?”“Tidak mengerti.” Jawab pelaut.“Wahh, sayang sekali, Anda telah kehilangan setengah dari seluruh kehidupan Anda.

Apakah Anda mengerti matematika?” Filsuf tersebut bertanya lagi.“Tidak mengerti juga.” Jawab pelaut tersebut.Filsuf itu, menggelengkan kepalanya seraya berkata:“Sayang sekali, bahkan Anda tidak mengerti akan matematika.Berarti Anda telah kehilangan lagi setengah dari kehidupan Anda.”Tiba-tiba ada ombak besar, membuat perahu tersebut terombang-ambing. Ada beberapa tempat telah kemasukan air,Perahu tersebut akan tenggelam, filsuf tersebut ketakutan. Seketika, pelaut pun bertanya pada filsuf: ” Tuan, apakah Anda bisa berenang?”Filsuf dengan cepat menggelengkan kepalanya dan berkata: “Saya tidak bisa, cepat tolonglah saya.”Pelaut menertawakannya dan berkata: “Berenang Anda tidak bisa, apa arti dari kehidupan Anda? Berarti Anda akan kehilangan seluruh kehidupan Anda.”

Katakanlah, kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis ditulis kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu pula.” (QS. Al Kahfi: 109)

“Dan seandainya pohon-pohon di muka bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh lautan lagi, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Luqman: 27).


Friday, October 5, 2012

Pappaseng / Petuah bugis makassar

Naiya accae' ripatoppoi jekko' aggati alliri, nare'kko tyai mareddu' mapoloi.
(kepandaian yang disertai kecurangan, kelicikan ibarat tiang rumah"bugis makassar", kalau tak tercabut ia patah)

Ritoro'i lempu'E rice'koe', iyakia, iyamua mappattentu lempu'emi ritu.
( pada mulanya kejujuran itu diatasi oleh kecurangan, namun pada akhirnya yang menentukan kejujuran juga)

Tuesday, October 2, 2012

MENJAGA NETRALITAS POLITIK DAN PROFESIONALISME PNS


MENJAGA NETRALITAS POLITIK DAN PROFESIONALISME PNS oleh EDWIN                       


Politik adalah satu kata yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia karena dengan politik  manusia dapat memenuhi berbagai ambisi hidupnya .Seperti pengakuan akan eksistensinya ,pengakuan akan kehormatan dan harga dirinya  yang termasuk didalamnya adalah mendapatkan kedudukan dan jabatan dimasyarakat serta tidak kalah pentingnya yaitu  adanya peningkatan kesejahteraan  secara financial.
Demikian hal-nya dengan sosok Pegawai Negeri  Sipil (PNS) yang juga merupakan bagian dari anggota masyarakat.Sudah sepantasnya  jika PNS ingin menjadi panutan dan ditokoh-kan oleh masyarakat social di lingkungannya.Disamping itu PNS sebagai figur pemimpin  didalam keluarga sangat manusiawi  jika ingin meningkatkan kesejahteraan keluarganya.Dari realitas diatas maka kue politik merupakan obyek menarik minat para PNS, baik untuk meningkat jenjang dan karier di birokrasi maupun hanya untuk mendulang pundi-pundi financial.


Tetapi PNS harus ingat bahwa sebagai aparatur Negara dan abdi masyarakat ada beberapa aturan yang legal  formal  mengikatnya yaitu 1). PP No.37 tahun 2004 tentang larangan PNS menjadi  anggota partai politik. 2). Pasal 66 PP No. 6 tahun 2005 bahwa pasangan calon dilarang melibatkan  PNS. 3).Surat Edaran Menpan No. SE/08.A/M.PAN/5/2005 tentang netralitas PNS butir A. Bagi PNS  yang menjadi  calon kepala atau  wakil kepala daerah : 1. Wajib membuat surat pernyataan mengundurkan diri jabatan negeri  pada  jabatan structural  atau fungsional yang disampaikan kepada atasan langsung.  2. Dilarang menggunakan anggaran pemerintah dan /atau pemerintah daerah. 3. Dilarang menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatannya. 4. Dilarang melibatkan PNS  lainnya  untuk memberi  dukungan dalam kampanye. Butir  B. Bagi PNS yang bukan calon kepala daerah atau wakil kepala daerah : 1. Dilarang terlibat  dalam kampanye  untuk untuk mendukung calon kepala daerah atau wakil kepala daerah . 2. Dilarang menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatannya dalam kegiatan kampanye. 3. Dilarang membuat keputusan atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye.

Ketentuan diatas sangat jelas bahwa tidak ada larangan bagi PNS untuk melek politik dan berbicara masalah politik, karena disini PNS masih memiliki hak politik yaitu ikut memilih calon kepala daerah atau wakil kepala daerah. Maka sangat wajar jika seorang PNS memberi pendidikan politik yang benar  kepada masyarakat atau berbicara tentang criteria calon kepala daerah dan wakil kepala daerah .Sedangkan yang dilarang bagi PNS adalah terlibat politk praktis dalam pemilihan kepala daerah .

Keterlibatan PNS dalam politik praktis pemilihan kepala daerah memang menjadi biang kekisruhan birokrasi kita selama ini. Sebut saja pengisian jabatan structural dipemerintahan daerah yang diisi oleh para PNS yang ikut tim sukses sebagai  imbalanya ,dengan menabrak beberapa aturan kepegawaian yang ada.Ini  akan menciptakan ( disamping itu indikasi suap juga ikut menjadi andil ) iklim buruk dalam jenjang karier  PNS, karena jenjang karier seorang PNS telah diatur dalam  : 1. UU  NO.43 Tahun 1999 bahwa pengangkatan PNS dalam suatu jabatan dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi,prestasi kerja, dan jenjang pangkat  yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat obyektif  lainnya  tanpa membedakan jenis kelamin ,suku,agama,ras atau golongan  . 2. Penjelasan atas UU  No.43 tahun 1999 bahwa  pengangkatan PNS dalam jabatan structural  atau jabatan fungsional harus dilakukan secara obyektif  dan selektif, sehingga menumbuhkan kegairahan untuk berkompetisi bagi semua PNS  untuk   meningkatkan kemampuan profesionalismenya dalam rangka memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat . 3.PP No. 13 Tahun tahun 2002 pasal 5 bahwa persyaratan untuk diangkat dalam jabatan structural  adalah : a. berstatus PNS.  b. Serendah – rendahnya menduduki pangkat  1 (satu) tingkat dibawah  jenjang pangkat yang ditentukan. c. memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan yang ditentukan. d. semua unsur penilaian prestasi kerja sekurang- kurangnya  bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir. e. memiliki kompetensi jabatan yang diperlukan. f. sehat jasmani dan rohani. Dan pasal 6  . Pejabat Pembina Kepegawaian pusat dan Pejabat Pembina Kepegawaian  Daerah  perlu memperhatikan  factor senioritas dalam kepangkatan,usia,pendidikan dan pelatihan jabatan dan pengalaman yang dimiliki.